We Will Miss You, Kang Minky π
15 Januari 2022.
Hari itu adalah hari terakhir dari agenda perjalananku dan adikku di Yogyakarta. Tak seperti biasanya video call yg kudapat dari Ibu tidak menunjukan sosok kesayanganku, Minky. Padahal biasanya disetiap sesi video call kami, selalu ada minky menemani, namun hari itu Ibu cuma bilang 'Minky sedang di luar'. Benar dia sedang di luar, jasadnya sudah terkubur di antara pohon kelapa dan jeruk di samping rumah.
Minky. Kucing kecil yg kuadopsi agustus 2020. Seperti yg kutulis dalam postingan instagram ini, Minky adalah hadiah terindahku di tahun 2020. Kucing kecil itu telah menemani dan menghiburku kala berada di titik terendah. Dia yg menemaniku bertumbuh lalu bangkit.
Malam itu, 8 Januari 2022, Minky pulang dengan kondisi kepayahan. Badan kurus, kotor dengan kondisi yg sangat lemas bahkan seperti tak sanggup untuk berjalan. Ini adalah hari ke-3 dia menghilang, setelah sebelumnya berusaha kucari di setiap sudut kampung namun tak juga ditemukan, Minky akhirnya pulang dalam kondisi seperti itu.
Makanan favorit tak lagi bisa menggodanya dan setetes airpun bahkan enggan masuk ke dalam mulutnya. Berusaha kusuapi, namun hanya sedikit yg bisa masuk ke mulut.
Saat subuh keesokan harinya, kulihat ada bekas muntahan dan kotoranya yg menghitam. Melihat kondisinya yg sudah serius akhirnya aku memutuskan untuk mencoba konsultasi ke dokter hewan Lalu kemudian diresepkan obat. Kucoba metode memberi makan dan obat yg direkomendasikan. Malam itu setelah minum obat dan bisa makan lebih banyak, kondisinya membaik. Ia tak lagi muntah dan diare, bahkan sudah mau makan sendiri.
11 Januari 2022. Sudah sebulan sebelumnya aku & adikku merencanakan perjalanan ke Yogyakarta, dalam rangka liburan akhir tahun yg kugeser ke awal tahun. Hari itu kondisi Minky membaik, namun belum sepenuhnya pulih. Ada rasa enggan meninggalkan, namun rencana dan segala keperluan perjalanan sudah terlanjur dipesan. Akhirnya dengan berat hati kutitipkan Minky pada Ibu & Bapak, aku yakin mereka bisa merawatnya dengan baik.
16 Januari 2022. Akhirnya aku mendarat di jakarta lalu kulanjutkan perjalanan menuju rumah. Perasaanku membuncah, akhirnya bisa pulang kembali, bertemu mereka yg kurindukan. Ibu, Bapak dan kucing-kucingku.
Namun saat sampai di depan rumah, seorang anak tetangga bertanya, "bu kucingnya mati ya?" Hatiku mencelos. Kemudian mataku mendapati sebuah gundukan baru dekat pohon kelapa. Mencoba tak mempercayai prasangka di kepala, kucoba membuka pintu. Rutinitasku biasanya saat pulang langsung menemui Minky, namun kandang itu kosong.
"Minky meninggal kemarin," kata bapak, "Kasian dia udh seminggu kesakitan," lanjutnya. Tangisan adikku tak bisa terbendung, ia menangis dengan kencang. Sedangkan aku hanya terduduk, sesak, air mata terus mengalir namun tanpa suara.
Banyak pertanyaan dalam sesak itu,
Kenapa kemarin?
Kenapa saat aku tak ada?
Kenapa dia tidak sembuh?
Lalu kujawab dengan asumsi yg menambah rasa sesakku,
Harusnya aku tidak meninggalkannya.
Harusnya kurawat dia dengan baik.
Harusnya di saat terakhirnya aku ada disana.
Tapi akhirnya aku sampai pada sebuah kesimpulan, 'memang sudah takdirnya'.
Sesal sudah pasti ada, karena kata bapak, di malam terakhrinya Minky memutari isi rumah bolak-balik masuk kamarku & adikku. Dia menunggu kami. Namun waktunya ternyata tidak cukup.
Disamping sebuah sesal, hal terbesar yg kurasakan adalah 'rindu'. Tak kusangka 11 Januari adalah pertemuan terakhir kita, lambaian tanganku benar-benar merupa ungkapan 'selamat tinggal'.
Terima kasih sudah jadi bagian keluarga kami, Minky. Terima kasih telah menemani hari-hari beratku. Terima kasih sudah memberikan kehangatan disini.
Kami akan merindukanmu, Kang Minkyπ
Komentar
Posting Komentar