Never Ignore a person who loves and cares for you

Hasil gambar untuk loves


"Never Ignore a person who loves and cares for you, because one day you may realize that you've lost the moon while counting the stars," - Anonymous

Belakangan ini aku tengah terjebak akan rasa rendah diri karena kehilangan seseorang yang kupercaya. Merasa seolah-olah apa yang kulakukan selalu salah, sehingga aku merasa  tak berguna. Merasa dimanfaatkan oleh orang-orang yang berurusan denganku.

Ya, aku terjebak. Terjebak pada satu pola pikir yang salah, hanya karena orang-orang itu. Orang-orang yang telah membuatku kecewa.

Namun nyatanya aku salah. aku terlalu fokus pada orang yang meninggalkanku, sehingga tak menyadari bahwa ada orang-orang baik yang peduli sepenuhnya padaku, at least my family of course.

29 April.
Sebuah tanggal sakral yang menandakan aku bergabung dengan dunia ini.
Tanggal yang tadinya hanya seperti hari-hari biasa yang kulalui.
Keluargaku bukan tipe yang akan mengadakan sebuah perayaan ketika hari ulang tahun tiba, bukan karena mereka tak peduli, hanya saja kasih sayang yg mereka berikan padaku tak pernah mengenal hari.

Sebagai anak kecil, terkadang memang aku iri dengan teman-temanku yang lain. Dapat kado di hari ulang tahunnya, dirayakan dengan nasi tumpeng. Namun ternyata sosok kecilku sudah sangat memaklumi keadaan keluarga kami yang sederhana, yang tak perlu sebuah perayaan mewah, kehadiran masing-masing saja setiap harinya merupakan suatu hadiah. Aku terbiasa tak pernah merayakan apapun.

29 April 2019. Dimulai dengan sekotak coklat di atas meja kerja. sebuah kotak dengan tulisan 'singapore' di atasnya.
Reflek aku berujar, "wahh, hadiah ulang tahun!"
Ya, aku tau itu oleh2 dari seorang atasan yg baru pulang dari singapore, tapi nyatanya aku senang dengan kebetulan ini.
Hingga pada sore harinya, sebuah kejutan kecil membuatku tak bisa menurunkan garis bibir. bahagia karena mereka tau aku tak begitu suka dengan kue manis, hingga gorengan dan lilin jadi simbol perayaannya. Sederhana tapi menyentuh. Mereka rekan kerja pertamaku, tp mereka yg terbaik.


1 Mei 2019.
Liburan kali ini kuajak rekan-rekan alumni MI untuk berkumpul di rumah. Masak nasi liwet bersama selayaknya yg biasa kita akukan saat berkumpul. Kusiapkan bahan dari siang hari dan nasi liwet sudah ku masak lebih dulu.
Sebuah chat tiba-tiba muncul, "Ni, maaf gw gabisa dateng. Tiba-tiba ada urusan. Maaf ya"
Lalu chat yg lain bilang, "Gw masih di stasiun. keretanya gangguan. kayanya gabisa dateng,"
Kemudian teman-teman yg lain tak ada kabar.
Sedih/ tentu. Nasi yang sudah terlanjur ku masak bagaimana nasibnya?
Kutelpon sahabat kecilku. Ku kabari dia agar segera kemari. Banyak makanan yang harus ia habiskan. beruntungnya dia tak menolak.
1 jam menunggu, sahabatku tak kunjung datang. terbersit untuk memberikan semua makanan ke tetangga terdekat, namun kuurungkan. kahwatir sahabatku benar2 datang.
lalu kudengar pintu diketuk. kulihat teman kecilku yg lain muncul, ia orang yg belum kuhubungi sebelumnya.
dia bilang, "Ni, sini bentar ada perlu,"
lalu kujawab, "Ir, ada nasi liwet, mak-"
"Happy Birthday to You.. Happy Birthday to You.. " sebuah lagu lawas menginterupsi diiringi sebuah kumpulan cahaya dari lilin yg diletakan di atas kue lapis. mereka semua berhambur. teman-teman alumni yang sebelumnya bilang 'tak jadi datang'
Aku menyadari aku begitu mudah ditipu. aku kesal tapi menangis haru hingga lemas tak sanggup beridiri. Kutiup lilin itu saat berjongkok. tak bagus memang.

Setelah menertawakan kebodohanku yang sangat mudah ditipu, akhirnya kitapun mulai masak nasi liwet yang direncanakan.
Di sela-sela aktifitas masak kami, tiba-tiba 2 orang muncul lagi. Mereka sahabat kecilku. Membawa sepiring kue pukis dan lilin. Aku kembali takjub.

Menurut beberapa ulama, perayaan ulang tahun memang dikategorikan 'haram' apalagi jika mendatangkan mudharat. Tapi sisi baik yang kuambil dari sini adalah kepedulian mereka.
Seperti yang kujabarkan sebelumnya, belakangan ini aku tengah terjebak akan rasa rendah diri karena kehilangan seseorang yang kupercaya. Rasa percayaku pada orang-orang mulai mengikis.
Tapi nyatanya momen ini telah menyadarkanku. Aku tak boleh terus terkungkung dalam rasa kecewa pada mereka yang meninggalkanku, tapi aku harus mencoba untuk melihat sekitar.
Buktinya, masih banyak orang-orang baik, masih banyak orang2 yang peduli padaku. Masih banyak orang yang sayang padaku.


Doa yang tak pernah alfa kulantunkan selepas salam shalat 5 waktu. "Ya allah, ampuni aku, kedua orang tuaku, guru-guruku, saudara dan sahabat-sahabatku. Terima kasih atas limpahan nikmat yang kau berikan kepada kami. Berilah selalu kami kesehatan dan keberkahan hidup agar senanatiasa beribadah kepadamu,"
Memang tak ada yg abadi. Teman bisa datang dan pergi. Tapi semoga Allah akan senantiasa menjaga kita semua, bersama menjalin persahabatan yang panjang.

Serang, Mei 2019
Ani Apriani 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

We are CCB…

wanita dan kodratnya

Me and I